Senin, 11 Mei 2015

ARTIKEL ADAT MALUKU UTARA



Hay guys!  Artikel ini sangat bersejarah loh... dalam kegiatan KKE 2015 , Kami yang sekolah Di SMAN 1 KAHU pertamakalinya ikut ajang bergengsi ini! kami yang hanya dari sekolah kecil, sangat bangga bisa ikut Event-Even seperti ini .... yang bukan hanya diikuti sekolah-sekolah daerah! ini SE-SULBAR! :) 

SILAHKAN BACA KALAU TIDAK BOSAN ;;)

FILOSOFI ADAT MALUKU UTARA
Abstrak :  maluku utara bmemiliki banyak kebudayaan , diantaranya bambu gila, Kaloli Kie, Bambu hitada, dan mrmiliki rumah adat yang dikenal dengan rumah Baileo, Parang Salawuku. Maluku memiliki banyak upacara adat pernikahan yang masih terjaga sampai sekarang.
Kata kunci : Kaloli Kie , Dodoku Ali , kora-kora , Sawalaku , Hitada , bambu gila , Baileo .
Maluku Utara merupakan salah satu provinsi baru di Indonesia dan umumnya disingkat sebagai "Malut". Maluku Utara merupakan gabungan dari beberapa pulau di Kepulauan Maluku. Ibukotanya terletak di Sofifi, Kecamatan Oba Utara sebagai pengganti Ternate, yaitu ibukota sementara Maluku Utara selama 11 tahun hingga infrastruktur Sofifi memadai. Maluku Utara terbagi kedalam 6 kabupaten dan dua kotamadya, yakni Kabupaten Halmahera Barat, Selatan, Tengah, Timur, Serta Halmahera Utara dan kabupaten Pulau Morotai. Sedangkan Kotamadya yang ada yaitu Ternate dan Tidore. Provinsi Maluku Utara sebelah utara berbatasan dengan Samudera Pasifik, sebelah timur dengan Laut Halmahera, sebelah barat dengan Laut Maluku, dan sebelah selatan dengan Laut Seram.
Maluku utara memiliki rumah adat yang dikenal dengan rumah Baileo. Rumah Baileo merupakan representasi kebudayaan Maluku dan memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat.Rumah Baileo adalah identitas setiap negeri di Maluku selain Masjid atau Gereja. Baileo berfungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda suci, tempat upacara adat, sekaligus sebagai balai warga.
Disamping itu , senjata tradisional maluku utara adalah Parang dan salawaku yang memiliki arti tersendiri. “Parang” berarti pisau besar namun biasanya memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari pisau dan lebih pendek dari pedang. “Sawalaku” sendiri memiliki arti perisai. Perisai merupakan alat yang dipergunakan untuk melindungi diri dan untuk menangkis serangan senjata lawan. Parang bertindak sebagai senjata. Parang ini dipergunakan sebagai senjata untuk melakukan penyerangan terhadap lawan. Sedangkan, sawalaku digunakan sebagai perisai yang berfungsiuntuk menahan serangan lawan.
Selain itu di kepulauan Halmahera terdapat gunung Gamalama. keberadaan gunung ini selalu dihormati dengan cara melakukan beberapa ritual tertentu. Sebuah gunung dianggap mewakili sosok yang mengagumkan sekaligus mengancam, sehingga diperlukan upacara penghormatan supaya keberadaannya menjamin ketentraman, keamanan, dan keberadaan masyarakat di sekitarnya.

Masyarakat daerah Maluku Utara terdapat kebiasaan yang  sering di lakukan yang biasa disebut Kaloli Kie. Secara etimologi, kata “Kololi Kie” berasal dari bahasa asli Ternate yakni gabungan dari dua kata, yaitu ; kata “kololi” yang berarti keliling atau mengintari dan kata “kie” yang berarti gunung, pulau, darat atau juga berarti daratan. Jadi, pengertian kata Kololi Kie secara umum bermakna; kegiatan mengitari atau mengililingi pulau/gunung. Upacara Adat Kololi Kie dimulai dari jembatan kesultanan (semacam pelabuhan) yang dikenal dengan nama Jembatan Dodoku Ali. Sebelum rombongan sultan dan para pembesar kerajaan menaiki perahu masing-masing, Imam Masjid Sultan Ternate yang bergelar Jou Kalem akan membacakan doa keselamatan di jembatan ini. Usai berdoa, sultan diikuti para pembesar kerajaan serta para pemimpin soa (kampung) menaiki perahu masing-masing. Perahu sultan dan para pembesar kerajaan memiliki ukuran yang lebih besar dengan bentuk menyerupai naga dan dihiasi kertas serta bendera kebesaraan kesultanan. Sementara perahu-perahu yang lebih kecil yang disebut kora-kora dinaiki oleh para kepala soa dan masyarakat umum.
Maluku Utara juga memiliki kesenian Musik tradisional menggunakan bambu yang disebut dengan musik bambu hitada. Pohon bambu selain dimanfaatkan sebagai bahan baku peralatan dalam kebutuhan sehari-hari bahkan dimanfaatkan sebagai alat musik. Masyarakat Ternate biasa menyebut alat musik tersebut dengan sebutan Musik Bambu Hitada. Musik Bambu Hitada ini biasanya dimainkan pada acara-acara tertentu seperti perhelatan pernikahan, pesta rakyat, dan syukuran di suatu kampung. Musik tradisional ini biasanya dimainkan secara bersama-sama oleh beberapa orang. Alat musik utama pada musik Bambu Hitada adalah batangan bamboo itu sendiri, yang biasanya hanya terdiri dari 2 ruas saja dan panjangnya tidak boleh lebih dari 1,75 m. biasanya batang bambu ini sudah dilubangi sesuai nada dan dicat warna-warni untuk membuat tampilan bambu menjadi lebih indah.
Cara memainkannya dengan cara membunyikan bambu dengan cara dibanting tegak lurus di tanah atau bila di atas lantai harus dialasi dengan karung goni.Musik Bambu Hitada dan Yanger ini biasanya dimainkan pada acara-acara tertentu, seperti; Hajatan Perkawinan, Pesta Rakyat atau Hajatan Syukuran di suatu kampung. Musik tradisional ini biasanya dimainkan secara bersama-sama oleh beberapa orang dalam ikatan Group. Sebuah group musik beranggotakan 5 hingga 13 orang. Alat musik utama pada musik Bambu Hitada adalah batangan bambu itu sendiri, yang biasanya hanya terdiri dari 2 ruas saja dan panjangnya tidak lebih dari 1,75 m. Biasanya batang bambu ini sudah sudah dilobangi sesuai nada tone, dan dicat warna-warni untuk membuat tampilan bambu menjadi lebih indah.
Selain permainan musik , bambu juga digunakan untuk sebuah tarian spiritual yang disebut bambu gila . Bambu Gila adalah permainan rakyat dari warga Maluku. Permainan ini melibatkan kekuatan supranatural untuk menjalankannya, walaupun tidak diperlukan ritual tertentu. Sebatang bambu dipegang oleh beberapa orang, lalu oleh seorang dukun bambu ini diberi mantera. Lama-kelamaan bambu ini terasa berat hingga orang-orang yang memegangnya berjatuhan ke tanah. Tidak hanya berat, bambu ini bergoyang ke kanan dan ke kiri mengikuti alunan musik. Pelaksanaannya biasanya diiringi dengan musik perkusi.
Perkawinan Adat ialah suatu bentuk kebiasaan yang telah dilazimkan dalam suatu masyarakat tertentu yang mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan suatu perkawinan baik secara seremonial maupun ritual menurut Hukum Adat setempat.
Perkawinan Adat di Ternate mengenal beberapa bentuk yang sejak dahulu sudah dilazimkan dalam masyarakat dan telah berlangsung selama berabad-abad hingga saat ini. Bentuk-bentuk perkawinan tersebut adalah :
·         Meminang / Kawin Minta (Lahi se Tafo)
Lahi se Tafo atau meminang merupakan bentuk perkawinan adat yang sangat populer dan dianggap paling ideal bagi masyarakat setempat, karena selain berlaku dengan cara terhormat yakni dengan perencanaan yang telah diatur secara matang dan didahului dengan meminang juga karena dilakukan karena dilakukan menuruti ketentuan yang berlaku umum di masyarakat dan juga dianggap paling sah menurut Hukum Adat.
·         Kawin Sembah (Wosa Suba)
Bentuk perkawinan Wosa suba ini sebenanrnya merupakan suatu bentuk penyimpangan dari tata cara perkawinan adat dan hanya dapat disahkan dengan terlebih dahulu membayar/melunasi denda yang disebut “Bobango”.
·         Kawin Tangkap (Sicoho)
Bentuk perkawinan ini sebenarnya hampir sama dengan cara ke tiga dari bentuk Wosa Suba di atas hanya saja kawin tangkap bisa saja terjadi di luar rumah, misalnya di tempat gelap dan sepi, berduaan serta berbuat diluar batas norma susila.
·         Dijodohkan (Kofu’u)
Bentuk perkawinan ini terjadi apabila telah terlebih dahulu terjadi kesepakatan antara orang tua atau kerabat dekat dari masing-masing kedua belah pihak untuk mengawinkan kedua anak mereka.
·         Kawin Lari (Masibiri)
Perkawinan bentuk ini adalah cara yang ditempuh sebagai usaha terakhir karena jalan lain tidak memungkinkan atau tidak ada. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya Kawin Lari diantaranya karena orang tua tidak menyetujui, menghindari biaya perkawinan yang sangat tinggi, pihak laki-laki tidak mampu untuk melaksanakan cara meminang atau juga karena mereka berlainan rumpun marga dalam kelompok soa yang tidak boleh kawin-mawin.
·         Ganti Tiang (Ngali Ngasu)
Bentuk perkawinan ini walaupun menjadi salah satu jenis dalam perkawinan adat di Ternate namun jarang sekali terjadi. Bentuk perkawinan Ngali Ngasu ini terjadi apabila salah satu dari pasangan suami isteri yang isterinya atau suaminya meninggal duni maka yang menggantikannya adalah iparnya sendiri.
            Masuk dalam prosesi pernikahan, ada beberapa ritual atau upacara adat pernikahan yang dilewati oleh masyarakat Ternate Maluku Utara dan sudah menjadi kebiasaan, yakni :
·         Sigado Salam
Proses tata cara perkawinan adat Ternate diawali dengan menyampaikan salam atau dalam bahasa Ternate disebut Sigado Salam. Salam dimaksud disampaikan dari pihak keluarga calon mempelai laki-laki kepada pihak keluarga calon mempelai perempuan.
·         Wosa Lahi
Setelah melalui proses Sigado Salam maka pihak mempelai laki-laki melakukan persiapan pada acara Masuk Minta atau Wosa Lahi. Makna wosa lahi atau masuk minta secara harfiah berarti melamar.meminang.

·         Kata Bido Se Hana Ma Ija
Mengantarkan belanja dalam bahasa Ternate kata bido se dufahe maija dari utusan calon mempelai laki-laki kepada pihak keluarga calon mempelai perempuan disaat prosesi masuk minta atau wosa lahi.
·         Fere Wadaka
Setelah mengantarkan belanja maka proses perkawinan diawali dengan upacara naik wadaka atau dalam bahasa Ternate disebut Fere Wadaka. Fere Wadaka secara harfiah memiliki makna bahwa sebelum dilangsungkan acara perkawinan maka calon pengantin utamanya mempelai perempuan melakukan tapak diri(naik lulur)
·         Kata Rorio/Yaya Segoa
Kata rorio yaya segoadilakukan pada malam hari menjelang hari pernikahan, acara ini dihadiri oleh keluarga dari kedua mempelai, kerabat dan handaitolan dengan maksud menjenguk dan memberikan restu atas kelangsungan pernikahan dari mempelai dengan membawa bantuan apa adanya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
·         Hodo Jako
Hodo jako atau mandi dari tiga tabung bambu dilakukan pada waktu subuh menjelang hari pernikahan, sebelum mandi jako dilakukan mempelai telah melakukan  naik wadaka terlebih dahulu dengan melulurkan seluruh tubuh dengan bedak tradisional yang diakhiri dengan mandi jako, dengan menggunakan lesa-lesa(piring besar), daun pohon bulahyang yang melambangkan mahligai rumah tangga, hate jwa dan kano-kano(sejenis ilalang besar)

·         Upacara Ijab Kabul
Setiap pasangan yang akan menikah berhak untuk memilih jenis pakaian yang akan mereka kenakan sesuai selera mereka masing-masing. Usai upacara ijab kabul, kedua mempelai diantar ke rumah mempelai wanita oleh kerabat, handai tolan dan teman-teman dekat pria maupun wanita. Dan pa ..  uda kesempatan ini pihak keluarga mempelai pria membawa hantaran peralatan adat yang disebut ngale-ngale yang dimaksudkan sebagai barang-barang persembahan bagi mempelai wanita , yang terdiri dari:
·         Gere Se Doniru yang diawali dengan:
Upacara yang dilangsungkan begitu iringan mempelai pria tiba di pintu depan rumah dan pintu kamar mempelai wanita yang dihalangi oleh beberapa pemuda pemudi yang disebut Fati Ngara yang harus di "bujuk" dengan "ngara mo ngoi" taburan uang receh sesuai dengan kemampuan oleh pemuda pemudi pengiring mempelai pria, kepada Fati Ngara agar mereka berkenan membukakan pintu rumah mempelai wanita.
·         Paha Ngomgoma
Setelah melewati tradisi fati ngara atau pele pintu pihak mempelai laki-laki memasuki kamar mempelai wanita sekedar meletakkan tangan di atas ubun mempelai wanita yang memiliki makna bahwa mempelai pria dan wanita dengan sah menjadi suami istri, kemudian dilanjutkan dengan pemberian mas kawin oleh pihak mempelai laki-laki kepada mempelai wanita.
·         Suba Yaya Baba
Setelah melakukan paha ngoma dan penyerahan mas kawin kedua mempelai melakukan subah yaya se baba yaitu melakukan sembah sujud kepada kedua orang tua sekaligus melepaskan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dalam mengarungi bahtera rumah tangga mereka.
·         Saro-saro
Acara tradisi perkawinan Ternate yang sangat menarik perhatian adalah upacara Saro-saro upacara yang dilakukan oleh ibu-ibu atau yang dikenal dengan yaya segoa ini.
·         Ngogu Adat
Ngogu adat atau makanan adat ini disuguhkan pada acara perkawinan masyarakat Moloku Kie Raha yang merupakan ungkapan rasa syukur dalam bentuk cara sengale dalam pelaksanaan hajatan perkawinan.
·         Upacara Suba Kie Se Kolano
Dilakukan dengan menghadapkan kedua mempelai ke empat penjuru: Barat, Timur, Utara dan Selatan sebagai tanda penghormatan kepada kolano negeri dan sumber angin.
Setelah upacara adat selesai , tamu dipersilahkan makan, lalu berlanjut dengan menari bersama diiringi musik tradisional dan nyanyian rakyat maluku utara yang bernada gembira. Para tamu, yang hadir dalam acara tersebut turut berpastisipasi.
Itulah susunan-susunan upacara adat pernikahan dan adat-adat lainnya di Maluku Utara yang pantas untuk tetap dijaga kelestariannya . Demikianlah artikel pada koding kami , semoga bermanfaat.

Referensi :
di akses tgl 22-04-2014