Rabu, 03 Juni 2015
Senin, 11 Mei 2015
ARTIKEL ADAT MALUKU UTARA
Hay guys! Artikel ini sangat bersejarah loh... dalam kegiatan KKE 2015 , Kami yang sekolah Di SMAN 1 KAHU pertamakalinya ikut ajang bergengsi ini! kami yang hanya dari sekolah kecil, sangat bangga bisa ikut Event-Even seperti ini .... yang bukan hanya diikuti sekolah-sekolah daerah! ini SE-SULBAR! :)
SILAHKAN BACA KALAU TIDAK BOSAN ;;)
FILOSOFI ADAT MALUKU UTARA
Abstrak : maluku utara bmemiliki
banyak kebudayaan , diantaranya bambu gila, Kaloli Kie, Bambu hitada, dan
mrmiliki rumah adat yang dikenal dengan rumah Baileo, Parang Salawuku. Maluku
memiliki banyak upacara adat pernikahan yang masih terjaga sampai sekarang.
Kata kunci : Kaloli
Kie , Dodoku Ali , kora-kora , Sawalaku , Hitada , bambu gila ,
Baileo .
Maluku Utara merupakan
salah satu provinsi baru di Indonesia dan umumnya
disingkat sebagai "Malut". Maluku Utara merupakan gabungan dari
beberapa pulau di Kepulauan Maluku. Ibukotanya terletak
di Sofifi, Kecamatan Oba Utara sebagai pengganti Ternate, yaitu
ibukota sementara Maluku Utara selama 11 tahun hingga infrastruktur Sofifi
memadai. Maluku Utara terbagi kedalam 6 kabupaten dan dua kotamadya, yakni
Kabupaten Halmahera Barat, Selatan, Tengah, Timur, Serta Halmahera Utara dan
kabupaten Pulau Morotai. Sedangkan Kotamadya yang ada yaitu Ternate dan Tidore.
Provinsi Maluku Utara sebelah utara berbatasan
dengan Samudera Pasifik, sebelah timur dengan Laut Halmahera, sebelah
barat dengan Laut Maluku, dan sebelah selatan dengan Laut Seram.
Maluku utara memiliki rumah adat yang dikenal dengan rumah Baileo. Rumah
Baileo merupakan representasi kebudayaan Maluku dan memiliki fungsi yang sangat
penting bagi kehidupan masyarakat.Rumah Baileo adalah identitas setiap negeri
di Maluku selain Masjid atau Gereja. Baileo berfungsi sebagai tempat penyimpanan
benda-benda suci, tempat upacara adat, sekaligus sebagai balai warga.
Disamping itu , senjata tradisional maluku utara
adalah Parang dan salawaku yang
memiliki
arti tersendiri. “Parang”
berarti pisau besar namun biasanya memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari
pisau dan lebih pendek dari pedang. “Sawalaku”
sendiri memiliki arti perisai. Perisai merupakan alat yang dipergunakan untuk
melindungi diri dan untuk menangkis serangan senjata lawan. Parang bertindak
sebagai senjata. Parang ini dipergunakan sebagai senjata untuk melakukan
penyerangan terhadap lawan. Sedangkan, sawalaku digunakan sebagai perisai yang
berfungsiuntuk menahan serangan lawan.
Selain
itu di kepulauan Halmahera terdapat gunung Gamalama. keberadaan
gunung ini selalu dihormati dengan cara melakukan beberapa ritual tertentu.
Sebuah gunung dianggap mewakili sosok yang mengagumkan sekaligus mengancam,
sehingga diperlukan upacara penghormatan supaya keberadaannya menjamin
ketentraman, keamanan, dan keberadaan masyarakat di sekitarnya.
Masyarakat
daerah Maluku Utara terdapat kebiasaan yang
sering di lakukan yang biasa disebut Kaloli
Kie. Secara etimologi, kata “Kololi Kie” berasal dari bahasa asli Ternate
yakni gabungan dari dua kata, yaitu ; kata “kololi” yang berarti keliling atau
mengintari dan kata “kie” yang berarti gunung, pulau, darat atau juga berarti
daratan. Jadi, pengertian kata Kololi Kie secara umum bermakna; kegiatan
mengitari atau mengililingi pulau/gunung. Upacara Adat Kololi
Kie dimulai dari jembatan kesultanan (semacam pelabuhan) yang dikenal dengan
nama Jembatan Dodoku Ali. Sebelum rombongan
sultan dan para pembesar kerajaan menaiki perahu masing-masing, Imam Masjid
Sultan Ternate yang bergelar Jou Kalem akan membacakan doa keselamatan di
jembatan ini. Usai berdoa, sultan diikuti para pembesar kerajaan serta para
pemimpin soa (kampung) menaiki perahu masing-masing. Perahu sultan dan para
pembesar kerajaan memiliki ukuran yang lebih besar dengan bentuk menyerupai
naga dan dihiasi kertas serta bendera kebesaraan kesultanan. Sementara perahu-perahu
yang lebih kecil yang disebut kora-kora
dinaiki oleh para kepala soa dan masyarakat umum.
Maluku Utara juga memiliki kesenian
Musik tradisional menggunakan bambu yang disebut dengan musik bambu hitada.
Pohon bambu selain dimanfaatkan sebagai bahan baku peralatan dalam kebutuhan
sehari-hari bahkan dimanfaatkan sebagai alat musik. Masyarakat Ternate biasa
menyebut alat musik tersebut dengan sebutan Musik Bambu Hitada. Musik Bambu
Hitada ini biasanya dimainkan pada acara-acara tertentu seperti perhelatan
pernikahan, pesta rakyat, dan syukuran di suatu kampung. Musik tradisional ini
biasanya dimainkan secara bersama-sama oleh beberapa orang. Alat musik utama
pada musik Bambu Hitada adalah batangan bamboo itu sendiri, yang biasanya hanya
terdiri dari 2 ruas saja dan panjangnya tidak boleh lebih dari 1,75 m. biasanya
batang bambu ini sudah dilubangi sesuai nada dan dicat warna-warni untuk
membuat tampilan bambu menjadi lebih indah.
Cara memainkannya dengan cara
membunyikan bambu dengan cara dibanting tegak lurus di tanah atau bila di atas
lantai harus dialasi dengan karung goni.Musik Bambu Hitada dan Yanger ini
biasanya dimainkan pada acara-acara tertentu, seperti; Hajatan Perkawinan,
Pesta Rakyat atau Hajatan Syukuran di suatu kampung. Musik tradisional ini
biasanya dimainkan secara bersama-sama oleh beberapa orang dalam ikatan Group.
Sebuah group musik beranggotakan 5 hingga 13 orang. Alat musik utama pada musik
Bambu Hitada adalah batangan bambu itu sendiri, yang biasanya hanya terdiri
dari 2 ruas saja dan panjangnya tidak lebih dari 1,75 m. Biasanya batang bambu
ini sudah sudah dilobangi sesuai nada tone, dan dicat warna-warni untuk membuat
tampilan bambu menjadi lebih indah.
Selain permainan musik , bambu juga digunakan
untuk sebuah tarian spiritual yang disebut bambu gila . Bambu Gila
adalah permainan rakyat dari warga Maluku. Permainan
ini melibatkan kekuatan supranatural untuk menjalankannya, walaupun tidak
diperlukan ritual tertentu. Sebatang bambu dipegang oleh beberapa orang, lalu
oleh seorang dukun bambu ini diberi mantera. Lama-kelamaan bambu ini terasa
berat hingga orang-orang yang memegangnya berjatuhan ke tanah. Tidak hanya
berat, bambu ini bergoyang ke kanan dan ke kiri mengikuti alunan musik.
Pelaksanaannya biasanya diiringi dengan musik perkusi.
Perkawinan
Adat ialah suatu bentuk kebiasaan yang telah dilazimkan dalam suatu masyarakat
tertentu yang mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan
suatu perkawinan baik secara seremonial maupun ritual menurut Hukum Adat
setempat.
Perkawinan Adat di Ternate mengenal beberapa bentuk
yang sejak dahulu sudah dilazimkan dalam masyarakat dan telah berlangsung
selama berabad-abad hingga saat ini. Bentuk-bentuk perkawinan tersebut adalah :
·
Meminang / Kawin Minta (Lahi se Tafo)
Lahi se Tafo
atau meminang merupakan bentuk perkawinan adat yang sangat populer dan dianggap
paling ideal bagi masyarakat setempat, karena selain berlaku dengan cara
terhormat yakni dengan perencanaan yang telah diatur secara matang dan
didahului dengan meminang juga karena dilakukan karena dilakukan menuruti
ketentuan yang berlaku umum di masyarakat dan juga dianggap paling sah menurut
Hukum Adat.
·
Kawin Sembah (Wosa Suba)
Bentuk perkawinan Wosa suba ini sebenanrnya merupakan
suatu bentuk penyimpangan dari tata cara perkawinan adat dan hanya dapat
disahkan dengan terlebih dahulu membayar/melunasi denda yang disebut “Bobango”.
·
Kawin Tangkap (Sicoho)
Bentuk
perkawinan ini sebenarnya hampir sama dengan cara ke tiga dari bentuk Wosa Suba
di atas hanya saja kawin tangkap bisa saja terjadi di luar rumah, misalnya di
tempat gelap dan sepi, berduaan serta berbuat diluar batas norma susila.
·
Dijodohkan (Kofu’u)
Bentuk
perkawinan ini terjadi apabila telah terlebih dahulu terjadi kesepakatan antara
orang tua atau kerabat dekat dari masing-masing kedua belah pihak untuk
mengawinkan kedua anak mereka.
·
Kawin Lari (Masibiri)
Perkawinan
bentuk ini adalah cara yang ditempuh sebagai usaha terakhir karena jalan lain
tidak memungkinkan atau tidak ada. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya
Kawin Lari diantaranya karena orang tua tidak menyetujui, menghindari biaya
perkawinan yang sangat tinggi, pihak laki-laki tidak mampu untuk melaksanakan
cara meminang atau juga karena mereka berlainan rumpun marga dalam kelompok soa
yang tidak boleh kawin-mawin.
·
Ganti Tiang (Ngali Ngasu)
Bentuk
perkawinan ini walaupun menjadi salah satu jenis dalam perkawinan adat di
Ternate namun jarang sekali terjadi. Bentuk perkawinan Ngali Ngasu ini terjadi
apabila salah satu dari pasangan suami isteri yang isterinya atau suaminya
meninggal duni maka yang menggantikannya adalah iparnya sendiri.
Masuk dalam prosesi
pernikahan, ada beberapa ritual atau upacara adat pernikahan yang dilewati oleh
masyarakat Ternate Maluku Utara dan sudah menjadi kebiasaan, yakni :
·
Sigado Salam
Proses tata
cara perkawinan adat Ternate diawali dengan menyampaikan salam atau dalam bahasa Ternate disebut Sigado Salam. Salam dimaksud
disampaikan dari pihak keluarga calon mempelai laki-laki kepada pihak keluarga
calon mempelai perempuan.
·
Wosa Lahi
Setelah
melalui proses Sigado Salam maka pihak mempelai laki-laki melakukan persiapan
pada acara Masuk
Minta atau Wosa Lahi.
Makna wosa lahi atau masuk minta secara harfiah berarti melamar.meminang.
·
Kata Bido Se Hana Ma Ija
Mengantarkan
belanja dalam bahasa Ternate kata bido se dufahe maija dari utusan calon mempelai laki-laki
kepada pihak keluarga calon mempelai perempuan disaat prosesi masuk minta atau
wosa lahi.
·
Fere Wadaka
Setelah
mengantarkan belanja maka proses perkawinan diawali dengan upacara naik wadaka
atau dalam bahasa Ternate disebut Fere
Wadaka. Fere Wadaka secara harfiah memiliki makna bahwa sebelum
dilangsungkan acara perkawinan maka calon pengantin utamanya mempelai perempuan
melakukan tapak diri(naik lulur)
·
Kata Rorio/Yaya Segoa
Kata rorio
yaya segoadilakukan pada malam hari menjelang hari pernikahan, acara ini
dihadiri oleh keluarga dari kedua mempelai, kerabat dan handaitolan dengan
maksud menjenguk dan memberikan restu atas kelangsungan pernikahan dari
mempelai dengan membawa bantuan apa adanya sesuai dengan kemampuan
masing-masing.
·
Hodo Jako
Hodo jako
atau mandi dari tiga tabung bambu dilakukan pada waktu subuh menjelang hari
pernikahan, sebelum mandi jako dilakukan mempelai telah melakukan naik
wadaka terlebih dahulu dengan melulurkan seluruh tubuh dengan bedak tradisional
yang diakhiri dengan mandi jako, dengan menggunakan lesa-lesa(piring besar),
daun pohon bulahyang yang melambangkan mahligai rumah tangga, hate jwa dan
kano-kano(sejenis ilalang besar)
·
Upacara Ijab Kabul
Setiap
pasangan yang akan menikah berhak untuk memilih jenis pakaian yang akan mereka
kenakan sesuai selera mereka masing-masing. Usai upacara ijab kabul, kedua
mempelai diantar ke rumah mempelai wanita oleh kerabat, handai tolan dan
teman-teman dekat pria maupun wanita. Dan pa ..
uda kesempatan ini pihak keluarga mempelai pria membawa hantaran
peralatan adat yang disebut ngale-ngale yang dimaksudkan sebagai barang-barang
persembahan bagi mempelai wanita , yang terdiri dari:
·
Gere Se Doniru yang diawali dengan:
Upacara yang
dilangsungkan begitu iringan mempelai pria tiba di pintu depan rumah dan pintu
kamar mempelai wanita yang dihalangi oleh beberapa pemuda pemudi yang disebut
Fati Ngara yang harus di "bujuk" dengan "ngara mo ngoi"
taburan uang receh sesuai dengan kemampuan oleh pemuda pemudi pengiring
mempelai pria, kepada Fati Ngara agar mereka berkenan membukakan pintu rumah mempelai
wanita.
·
Paha Ngomgoma
Setelah
melewati tradisi fati ngara atau pele pintu pihak mempelai laki-laki memasuki
kamar mempelai wanita sekedar meletakkan tangan di atas ubun mempelai wanita
yang memiliki makna bahwa mempelai pria dan wanita dengan sah menjadi suami
istri, kemudian dilanjutkan dengan pemberian mas kawin oleh pihak mempelai
laki-laki kepada mempelai wanita.
·
Suba Yaya Baba
Setelah
melakukan paha ngoma dan penyerahan mas kawin kedua mempelai melakukan subah
yaya se baba yaitu melakukan sembah sujud kepada kedua orang tua sekaligus
melepaskan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dalam mengarungi bahtera
rumah tangga mereka.
·
Saro-saro
Acara
tradisi perkawinan Ternate yang sangat menarik perhatian adalah upacara Saro-saro
upacara yang dilakukan oleh ibu-ibu atau yang dikenal dengan yaya segoa ini.
·
Ngogu Adat
Ngogu adat
atau makanan adat ini disuguhkan pada acara perkawinan masyarakat Moloku Kie
Raha yang merupakan ungkapan rasa syukur dalam bentuk cara sengale dalam pelaksanaan hajatan perkawinan.
·
Upacara Suba Kie Se Kolano
Dilakukan
dengan menghadapkan kedua mempelai ke empat penjuru: Barat, Timur, Utara dan
Selatan sebagai tanda penghormatan kepada kolano negeri dan sumber angin.
Setelah
upacara adat selesai , tamu dipersilahkan makan, lalu berlanjut dengan menari
bersama diiringi musik tradisional dan nyanyian rakyat maluku utara yang
bernada gembira. Para tamu, yang hadir dalam acara tersebut turut berpastisipasi.
Itulah
susunan-susunan upacara adat pernikahan dan adat-adat lainnya di Maluku Utara yang
pantas untuk tetap dijaga kelestariannya . Demikianlah artikel pada koding kami
, semoga bermanfaat.
Referensi :
file:///E:/Budaya%20Maluku%20-%20Wikipedia%20bahasa%20Indonesia,%20ensiklopedia%20bebas.htm di akses
tgl 22-04-2015
file:///E:/Serba-Serbi%20Tradisi%20&%20Budaya%20di%20Ternate.htm di akses
tgl 22-04-2015
di akses tgl 22-04-2014
Langganan:
Postingan (Atom)